RARA ...?
RARA …? Oleh: Linda Puspita S. “Kak, aku ikut, ya?” pinta Rara setengah merengek, “please ….” Rara melipat wajahnya dan memajukan bibirnya yang merah. Hujan petir berlomba menghantam bumi, detak jantung Dian berdetak begitu kencang, sesak menghimpit dadanya. Seakan petir menyambar dirinya, saat Rara memeluk kakinya yang akan melangkah keluar pintu, sementara Dian menyadari tatapan tajam Anton jatuh ke arah Rara, lalu dilempar ke arahnya, hingga membawanya pada kebimbangan. “Rara …, dengerin kakak, ya.” Dian menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan, “Rara mau enggak, jadi anak baik?” Rara yang masih menatap lekat wajah Dian, dan tangannya tetap memeluk erat kakinya, mengangguk polos. “Rara sayang kakak? Rara mau, kan, nurut sama kakak?” tanya Dian seraya memegang kedua pundak Rara, “malam ini, Rara jangan ikut kakak dulu, ya!” pinta Dian dengan suara berat dan sedikit tersendat karena menahan tangis, menatap wajah lucu gadis berusia 6 tahun itu memancarkan ...